Rizkia Amalia
2 min readApr 14, 2019

Memikirkan hal yang absolut membuat kita menjadi sangat kecil. Sangat kecil.

Kita yang sangat kecil ini, kadang ingin sekali tahu banyak hal. Kita yang kecil ini, berusaha mau tahu tentang orang lain, kehidupan, cerita. Kita mau tahu apa saja, di dunia yang kecil. Kita yang kecil ini, maunya bisa berpijak ke berbagai negara, mencoba, menikmati satu bumi. Kita yang kecil ini juga terhubung dengan berbagai dimensi waktu. Ingin tahu bagaimana yang dulu membentuk hari ini, dan bagaimana hari ini akan membentuk masa depan.

Memikirkan yang absolut membuat kita merasa kecil. Dan lagi, kita hidup bersama banyak bgt manusia. Bukan sebagai makhluk yang egois, tapi keterbatasannya menjadi satu hal yang membuat kita fokus menyelesaikan hal yang kita bisa saja sebagai manusia. Iya, seorang manusia, yang kamu isi hari ini ruang raganya. Everybody has their own roles. Kalo kata kepercayaan yang aku imani, roles itu udah ditulis sama Allah, udah qadarullah.

Kalau kita mau lebih dalam lagi, menyelam ke dalam hati, menyambungkan ingatan kita pada sang Pencipta semua hal itu, membuat kita menjadi rendah hati, tawadhu. Ok, ga semua hal, kita baru bicara tentang bumi, yang bahkan adalah salah satu planet kecil di alam semesta ini. Kita hanya bicara, senalarnya, yang tersentuh oleh kita, dalam satu kali hidup kita.

Sebenernya aku sering tiba-tiba nulis hal yang kepikiran di suatu waktu, dan tulisan ini sebenernya tulisan lama. Kemudian di bulan April tahun 2020, aku membeli buku “Seni Tinggal di Bumi” karya Farah Qoonita. Tulisan pertamanya bercerita tentang kita yang seperti “debu.” Itulah kita, betapa kecilnya kita seperti debu di mata Allah SWT, dibanding dengan ukuran alam semesta yang kecil juga bagi Allah Yang Maha Besar. Mungkin kita manusia yang punya banyak mau, manusia yang punya ego besar, tapi di mata Sang Pencipta, kita tuh, debu banget.

Kita yang sangat kecil ini, bisa apa? sih?

Bergantung sama Yang Maha Besar itu sangat bikin tenang ketika kondisi lagi semrawut, sendiri. Ketika di kondisi lagi ga bisa cerita sama siapapun, atau, merasa yang paling menderita di dunia ini. Begitu tahu kalau ada Yang Maha Besar mendengarkan kita, seperti… dilindungin sesuatu yang Besarnya ga ada yang ngalahin. Isn’t it powerful thing? MasyaAllah. Ga semua orang bisa memiliki kesadaran yang sama di kondisi yang amat sulit, maupun amat mudah. Alhamdulillah, wish you are the lucky one.